SELAMAT DATANG DI BLOG KOMUNITAS SASTRA UNIVERSITAS BATANGHARI PENILAIAN ANDA ADALAH HARAPAN BAGI KAMI
Alamat : jln.slamed riyadi universitas batanghari Broni jambi. contac verson telf/fax:085381706662, email:Kbs_ub@yahoo.co.id, kode post:36122

Minggu, 03 April 2011

Hembusan Angin

Hembusan angin kembali menampar keras ketika kubuka pintu kosan sepulang kuliah,hawa panas meresap dikulit wajahku. Tak ada siapa-siapa dikamar. Siapa yang mengirim angin gerangan? Semalam hembusan angin juga membuatku terjaga dari tidurku.
Masa bodohlah yang penting sekarang aku duduk menghadap mesin ketik merangkai cerita.
Imajinasiku melayang menembus ruang dan waktu. Kisahku sebagai tokoh yang memenangkan persaingan merebutkan cewek idola.
Hampir kurang lebih empat jam,cerpen itu selesai. Beginilah bila menikmati imajinasiku sebagai seorang mahasiswa jurusan bahasa indonesia. Aku tersenyum melihat kembali hasil karya ku. Romantis . aku yakin teman-teman akan terbuai ketika membaca hasil karya ku kali ini. Ku tarik dan kuhembuskan napas panjang, puas. Tepatnya bahagia.
Tiba-tiba kertas-kertas berhamburan dihempas keras hembusan angin. Akupun kembali heran. Aku memang mengetik didekat jendela, tapi tak mungkin angin begitu keras memasuki kamarku dengan begitu tiba-tiba. Cuaca cerah,tidak mendung. Seharusnya angin berhembus biasa-biasa saja. Keanehan apalagi ini?
Keterkejutan makin bertambah ketika aku bangun menjelang maghrib. Kertas-kertas hasil karya ku tadi siang berserakan dilantai penuh coretan dan bekas diremas-remas.
“ Sial,”aku mengumpat.
Kudatangi kamar temanku. Ini pasti kerjaan mereka.
“ Yang benar saja, ka. Aku tidur sejak kamu mengetik dan baru saja bangun,” wendy mengelak ketika kutuduhkan kekesalanku padanya.
“ Mungkin kamu lupa, ka. Bukankah kamu selalu meremas-remas naskah yang belum memuaskan?” sahut daus yang baru saja mandi.
“ Mungkin juga. Maaf , teman,” aku tak ingin berdebat. Mereka tak mungkin bohong. Akupun tak mau mengatakan keanehan angin yang selalu berhembus keras di kamarku. Mereka tak akan percaya. Lalu menyangka aku takut dan percaya tahayul.
Dari bapak pemilik warung akhirnya aku mendapat cerita tentang kosku. Dulu rumah itu milik seorang yang terpandang di daerah itu. Keluarga itu memiliki anak gadis semata wayang. Tapi gadis itu terserang penyakit yang tidak bisa disembuhkan, hingga akhirnya meninggal. Orangtuanya sangat sedih lalu menjual rumah itu dan pindah entah kemana.
“kamar gadis itu sebelah mana pak?”
“yang ditengah, dik jaka.”
Deg.jantungku serasa berhenti. Itu kamarku!

Malamnya aku tidak bisa tidur. Cerita bapak warung menghantui pikiranku. Cerita-cerita seram menghantam benakku. Aku merinding. Kuputuskan malam ini aku gabung tidur dengan temanku.
“takut?” ejek daus yang sedang membuat tugas
“enggak. Cuma mau menemani kamu saja.”
Daus tertawa.
Aku tidak cerita padanya apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak terlalu suka menceritakan pengalamanku pada orang lain, kecuali lewat tulisan. Aku terlelap dibuai derap suaraketikan daus.
Paginya aku tak percaya apa yang kulihat. Kamarku tertata rapi, seprei, buku, pakaian dan barang lain rapi tertata. Aku terheran-heran.
Disamping mesin ketik kulihat naskah cerpen yang tadinya lecek dan penuh coretan. Kini terketik rapi. Aku membacanya. Ya, benar-benar rapi dan bersih. Kulihat pula buku catatan ku terbuka. Disitu tertulis: ‘terimakasih kamu tidak cerita pada orang lain.’

Keanehan-keanehan angin yang sering berhembus dikamarku membuatku yakin bahwa kamarku ada yang menghuni. Memaksaku percaya ada makhluk halus di kamarku.
“siapakah engkau wahai angin yang berhembus?”tanyaku terbisik, mengedarkan pandangan kesekeliling
Tak ada hembusan
“berhembuslah diwajahku bila memang ada yang menghuni kamar ini.”usulku kemudian.
Kutunggu beberapa saat. Detik berikutnya, hembusan lembut membelai wajahku. Aku bergidik.
“apakah kamu gadis anak bekas pemilik rumah ini?”
Sekali lagi angin berhembus di wajahku.
“cantikkah kamu?”
Kali ini bukan wajahku yang dihembus. Melainkan pinggangku. Aku kegelian.
Angin tidak hanya menggelitik, namun juga mencubit tanganku.
“kamu angin yang baik kan?”
Kulihat buku catatan ku terbuka sendiri. Lalu diikuti pulpen yang melayang sendiri. Pulpen itu kemudian bergerak-gerak menuliskan suatu dibuku catatanku. Perlahan aku mendekat. Pulpen yang melayang itu perlahan turun dan kembali tergeletak di meja. Kubaca tulisan itu, aku baik karena kamu juga baik, aku bisa mendengar suaramu, tapi kamu tidak bisa mendengar suara ku.
Aku mengangguk, dalam hati aku masih tak percaya saat ini aku berhadapan dengan makhluk halus. Tetapi aku tidak takut.mungkin karena makhluk halus ini mengaku kalau dirinya cantik.tidak menyeramkan.
“nama kamu siapa?” tanyaku menatap pulpen, yang lalu bergerak melayang dan menggoreskan tulisan, Ratu.
Terimakasih kamu tidak cerita pada orang lain tentang diriku, tulis ratu kemudian.
“mengapa aku tidak boleh cerita pada orang lain?”tanyaku
Karena setiap orang yang mengetahui keberadaanku disini, mereka selalu memanggil orang pintar untuk mengusirku.pulpen itu bergerak menjawab pertanyaanku.
“kalau mereka memanggil orang pintar lalu apa yang kamu lakukan?”
Aku mengungsi sementara sampai penangkal dari orang pintar itu menyusur kekuatannya, lalu aku ganggu lagi orang yang tinggal dikamar ini, yang memanggil orang pintar itu.
“kalau begitu kamu jahat suka mengganggu orang.”
Tidak aku hanya ingin bersahabat dengan penghuni kamar ini, mereka saja yang penakut.
“jadi kita bersahabat kan?”tawarku
Kalau kamu tidak takut.
“enggak kok,kan kamu cantik”godaku
Pulpen itu melayang memukul hidung nya
“aduh,”aku meringis
Nakal kamu, ya. tulis ratu
Seandainya aku bisa melihatnya, tentu muka ratu memerah tersipu malu. Aku tersenyum membayangkan itu.
Aku tersentak ketika pintu kamar ku diketuk .
Aku menghela nafas sebelum membukanya.
“kamu bicara dengan siapa, ka?”
Tanya wendy
Aku tergagap

Begitulah, aku bersahabat dengan ratu, gadis cantik yang tak bisa kulihat wujudnya. Hanya ku
Bercanda dengan ratu, mendengarkan musik, mengarang cerpen bersama ratu. Ya ratu sering mengetikkan naskah cerpen ku yang masih berupa konsep, hingga aku tak perlu mengetik dua kali.
Sejak mengenal ratu imajinaasiku mengalir lancar. Aku makin produktif mengarang.
Namun suatu hari ratu kelihatan sedang ngambek, itu terjadi ketika ku ceritakan bahwa aku sedang tertarik dengan gadis yang kuliahnya di kesehatan.
Ratu tidak menggerakkan pulpen yang sengaja ku letakkan di dekat buku catatanku. Hatiku bertanya, Namun segera ku tersadar tak sepantasnya ku ceritakan gadis lain kepada ratu.
“maafkan aku ratu.”ucapku menyesal
Kamu mencintai gadis itu ka?
Tulis ratu pelan seakan mewakili yang menurutku cemburu.
“aku tidak tahu,tu. Aku belum lama mengenalnya.”
Tak perlu malu, ka. Aku bisa menyalami hatimu.
“kamu benar tu,aku berharap mencintainya.”
Pulpen tak bergerak
Ka,kamu tahu apa yang ada didalam hatiku saat ini? Pulpen itu kembali bergerak. masih pelan.
“aku hanya bisa menduga, ratu, kamu cemburu?”tanyaku hati-hati.
Benar ka,aku cemburu karena perhatianmu padaku telah terbagi dengan gadis lain.
“tidak tu,aku tidak membagi perhatian. Aku pun sayang kamu.
Benarkah itu, ka?
“tentu tu,tetapi....”
Tetapi kenapa ka?
“dunia kita berbeda..”
Aku tahu ka, kita tidak mungkin bersatu
“maafkan aku ratu.”
Tak mengapa ka,aku menyadarinya. Sekarang aku mau istirahat, ka.pulpen itu mungkin saja jatuh seakan simbol kesedihan ratu. Setetes air mata jatuh dibuku catatan ku. Ratu menangis?
Berhari-hari aku tidak bergairah. Berhari-hari aku tidak jumpa ratu.
Setiap ku panggil namanya,kuberharap pulpen itu bergerak atau ada angin berhembus di wajahku, namun semua itu tak ada. Untunglah wendy dan daus percaya bila aku bicara sendirian sebagai bagian dari proses penciptaan cerpen-cerpenku.
Aku telah kehilangan seorang sahabat, dan ya, aku tak bisa mengingkari hatiku, aku jatuh cinta padanya.
Tiba-tiba angin sejuk berhembus di wajahku,hatiku girang, ratu!
Hai, jumpa lagi!pulpen itu bergerak dengan lincahnya
“kemana saja kamu, ka?”
Kerinduanku tak bisa kusembunyikan.
Betapa, hi..hi..hi ratu bercanda
“dapat apa dari pertapaanmu?” sahutku riang
Mendapatkan apa yang selama ini aku dambakan,
“apa itu ratu?”
Cinta
“resi mana yang berhasil memikat hatimu?”
Menghina ya?
Aku tertawa.
“siapa yang beruntung mendapatkan cintamu,ratu?”tanyaku mulai serius.
Kecemburuan merambati hatiku.
Kamu, ka.
Deg, pengakuan ratu membuat hatiku trenyuh, aku adalah cowok normal yang tentunya akn mencintai seorang cewek. Tapi ratu adalah cewek dari dunia lain. Meski begitu perasaanku pada ratu seperti tak terbatas oleh ruang dan waktu. Cinta memang buta.
“Kamu begitu berarti bagiku,ratu.
Begitu pula aku, ka. Kamu sangat berarti bagiku. Inilah cinta pertamaku.
Inilah yang selama ini ku cari-cari. Bertahun-tahun aku menanti dikamar ini, dan kini kamu telah mengisi cinta di hatiku, ka.
Kutatap tulisan itu dengan dada bergemuruh,pelanku genggam pulpen yang melayang itu. Ku goreskan kata-kata aku ingin melihat senyummu,ratu.
Tanpa kugerakkan pulpen itu menulis, pejamkan matamu. Aku mengikuti perintahnya. Beberapa saat kemudian kubuka mataku. Berdiri didepanku seorang gadis berambut panjang tersenyum padaku, sebuah senyum yang memikat, sungguh mempesona.
“ratu”desis ku kagum
“aku tak punya banyak waktu, ka. Aku sudah merasakan indahnya cinta yang belum pernah ku dapatkan ketika aku masih hidup, kini aku harus pergi, selamat tinggal jaka yang baik.”
Sosok ratu kemudian melayang menembus langit-langit kamar, lalu hilang, aku terpaku tak bisa apa-apa.

“Jaka, ada yang cari tuh.”lapor daus suatu siang.
Aku segera keruang tamu.
“selamat siang, kenalkan saya ratu,saya ingin belajar mengarang, saya harap mas jaka mau mengajari saya”
Aku ternganga menatap gadis itu, benarkah apa yang kulihat? Bukankah ratu telah pergi untuk selama-lamanya? Tapi, eh siapa tadi namanya?
“ratu,ratu sari,lengkapnya”
Gadis itu berkata sambil tersenyum manis.
“mas jaka baru bangun ya,hihi belum cuci muka”
Aku tersentak malu, buru-buru kebelakang. Langkahku ringan, hatiku riang,hatiku ngembang, siap diisi dengan nama,ratu!



Jambi 04 april 20011 KS,UNBARI karya Riky irwansyah infokom 2 ( R.I infokom2 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar